Kamis, 19 Januari 2012

Pengemis dilarang mengemis lalu mau apa

kali ini, aku ingin mengucapkan sebuah opini dan pertanyaan
ingat ini adalah Pendapatku dari sudut mataku sendiri, sudut mata seorang yg belum tahu apa2 tentang dunia (ya aku masih anak SMA) jadi jangan terlalu di kritik keras (misal" "wah yg nulis blog ini bodo banget, sok2 banget,dll" ) karena aku paling benci dikritik seperti itu, tetapi bagi yg mau nasih tanggapan atau opini lain (misalnya: "kalau dari sudut mataku seharusnya bla bla") sangat diterima :)
------------------------------------------------------------------------

Pengemis dilarang mengemis lalu mau apa?

pasti kalian tahu profensi pengemis? Profensi kali ini hampir bisa kita temukan terutama di kota2 besar seperti Jakarta. Profensi ini banyak diminati banyak orang, hampir di perempatan jalan besar ada saja pengemis satu atau dua bergitu pula di dekat-dekat tempat umum, seperti mall.

Hari ini pun, aku menemukan salah satu pengemis, ia seorang ibu tua (walaupun bukan seorang nenek, mungkin umurnya baru 40-an) membawa seorang anak laki2 kecil (kira26thn). Dalam hati timbul beberapa pertanyaan seperti "kenapa ia bisa mengemis?" "kondisinya sebenarnya masih baik, dan bisa berkerja seperti pembantu atau serambutan" "kenapa dia membawa anaknya? apakah anaknya itu akan dibikin sebagai sarana mencari belas kasihan atau ia tidak tega meninggalkan anaknya di rumah?". Yang aku lakukan adalah cuek menyewati perempuan tua itu, dan masuk ke mall.

Di mall aku masih terusik dengan berbagai pertanyaan tentang wanita tua itu. dan bimbang antara memberi sekedah atau tidak. Aku ingat-ingat kembali, perkataan orangtuaku dan beberapa mayoritas masyarakat "Pengemis jangan dikasih uang, nanti ia kebiasaan dan tidak mau kerja lain"
emang betul, dengan memberi uang, mereka akan menjadi malas dan mengadalkan uang dari orang lain. Padahal cukup tidak adil, dimana kita berkerja keras untuk mencari uang, mereka hanya meminta hasil kerja keras. Apa mereka tidak punya semangat hidup, untuk berkerja? padahal di luar sana banyak sekali penderita cacat yang bisa berkerja, seperti tukang parkir di depan tokoku yang sudah tidak punya satu kaki. Apa mereka tidak punya harga diri? sehingga mau mengemis2 seperti kucing?

Banyak orang berkerja keras tetapi mereka malah bermanja riang

di lain sisi pun , aku mendengarkan kisah dari kakakku, bahwa pengemis-pengemis itu biasanya ada lembaga organisasi, yang mengumpulkan banyak orang misykin dan cacat mental lalu dianterkan ke sebuah pos/tempat untuk mengemis. Lalu uang hasil mengemis tersebut akan dikumpulkan di organisasi tersebut, dan akan di bagi2kan. Faktanya, kadang2 kita bisa lihat pengemis yang sama sekali tidak punya kaki dan tidak bisa berjalan (hanya bisa mengesot) mengemis di perempatan, pertanyaannya? Kenapa mereka bisa sampai di perempatan jalan? apa mungkin mereka mengesot dari rumahnya ke perempatan jalan tersebut? Ya aneh kan? Juga Fakta lain adalah pengemis anak-anak, aku sering menglihat di Tv maupun Film (seperti dalam Film "tersesat di Jakarta") adalah bos preman yang memaksa anak2 di bawah umur untuk mengemis, disana anak2 akan mengemis dan mengumpulakn uang ke bos preman tersebut, sebagai gantinya anak itu diberi sedikit makan, biar anak itu melawan anak itu akan disiksa abis2an. Biasanya bos preman tersebut mendapat anak2 tersebut dengan memaksa dan mencuri anak tersebut.

Setelah puas di mall, aku pun pergi ke pintu keluar mall masih dengan beribu pertanyaan tentang 'pengemis' di benakku. Aku pun memutuskan untuk mampir memberi sebuah ice cream di kios McD. Di kios itu aku masih bisa menglihat sesosok ibu dan anak pengemis, anaknya bergerak2 dan kelihatan sangat2 bosen sedangkan ibunya secara sabar terus memegang anaknya. Meliat mereka, aku jadi sadar bahwa masih banyak lagi orang2 seperti mereka di antara kemewahan2 dunai ini. Ibaratnya seperti menglihat sebuah gubuk rumah di tengah2 istana mewah dunia.

Pada akhirnya, walaupun aku tidak tahu benar apa tidak tindakanku ini, aku mendatangi ibu-anak mengemis, aku memberi uang seadaku, dan memberi anak itu sebuah ice cream sambil tersenyum. Reaksinya bisa ditebak, pengemis itu langsung berterima kasih, dan anaknya senang mendapat sedikit uang dan ice cream, cepat2 dia makan ice cream tersebut. Cukup dengan kata 'terima kasih' aku pun sudah senang, cepat cepat aku pergi dari tempat itu, untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang, aku mulai memikirkan semua hal tersebut. Apa benar tindakanku sudah benar? aku hanya memberi sedikit uang dan aku berpikir mungking uang itu akan mengakibatnya beberapa hal,seperti:
1. Paling tidak, ibu itu bisa mendapatakn sedikit uang untuk hidup
2. Negatifnya, biar ibu itu berpikir  bahwa ia  lebih baik mengemis saja seumur hidup, toh dia bisa dapat uang
3. Anaknya akan terbiasaan mengemis
50% tindakan benar (karena paling tidak aku bisa membuat anak ibu itu sedikit bahagia dan mengucapkan syukur) 50%salah (karena aku membiarkan anak-ibu itu menjadi malas)
aku juga berpikir apakah tindakanku sudah sesuai dengan mayoritas? bisa kita tahu 50% orang melihat pengemis memberi uang 50%sisanya akan menganggap malah membuat pengemis itu manja

aku juga berpikir "adaikan aku di posisi pengemis itu" aku tahu tidak semua pengemis itu benar2 mau mengemis, sebagian besar benar2 terpaksa. Lalu Pengemis ibu-anak itu, ada di posisi mana? apa mereka terpaksa? atau mereka hanya ingin mencari jalan santai mencari uang dengan pengemis (ya, untuk mengemis mereka hanya perlu di sebuah tempat adem, duduk, dan meminta). Sayangnya aku bukan esper atau org2 hebat yg bisa tahu apa yang terjadi ibu-anak pengemis tersebut sehingga mereka mengemis.

dari pengalaman hidupku ini, aku bisa mengrumuskan satu hal:


"semua hal itu bisa kita pandang dari sisi baik dan buruknya, tergantung sisi mana yang kita pilih tapi ingat pula untuk seklias memandang sisi lainnya"

maksudnya: kita bisa saja memandang "pengemis itu hanya orang2 malas" tapi ingatkan mereka tidak selalu sebenarnya pengen pengemis, bisa saja mereka hanya ingin Hidup tak perduli caranya, masih untung mereka mengemis dan tidak jadi pencuri.
kita juga bisa memandang "pengemis itu harus dikasih uang" tapi ingat juga mungkin sebagian dari mereka adalah orang2 malas, bayangkan saja biar ada program pemerinta 'meliharan pengemis' mungkin semua orang yang tidak cukup kaya akan memilih jadi pengemis dan mendapat tunjangan uang dari pemerintah, padahal uang pemerintah didapatkan dari pembayaran pajak.

kalau aku sendiri perpandangan yang ke dua, aku akan memberi uang sebisaku (walaupun uangnya sangat sedikit, dan aku jarang memberikan uang pengemis). Mungkin bisa saja aku jadi orang jahat karena membuat sesamaku menjadi pemalas dan g mau kerja Tapi paling tidak, aku memberi mereka harapan untuk hidup daripada mati kelaparan. Satu hal yang aku tahu pasti benar, aku bisa berdoa "semoga suatu saat mereka tidak mengemis lagi, sekiranya uang dariku dapat mereka tabung dan menjadi modal untuk hidup" :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar